Monday, February 2, 2009

Menikah? Yakin?

Membaca tulisan kang Awam, saya jadi teringat diri saya sendiri.

Maksud saya, keputusan untuk menikah tempo hari itu ternyata masih menyisakan sedikit kekhawatiran.
  • Bagaimana kehidupan setelah memiliki anak?
  • Bagaimana menghilangkan kenyamanan hidup sendiri dan harus berbagi dengan anak?
  • Bagaima mencukupi nafkah keluarga?
  • Bagaimana menyiapkan tempat tinggal plus kendaraan kalo bisa?
  • Bagaimana jika saya atau keluarga sakit?
  • Bagaimana menyiapkan pendidikan yang layak bagi anak-anak?
  • Bagaimana misalnya suatu saat ada rasa jenuh terhadap pasangan (istri)?
Kemudian, saya jadi teringat hasil uji psikologi sederhana pada sebuah acara pelatihan pabrik. Kata kertas hasil uji itu, saya ini termasuk dalam tipe pemikir. Dimana sisi kekurangannya adalah:
  1. Tidak mudah yakin, cenderung peragu
  2. Melangkah dengan penuh perhitungan, cenderung lambat
  3. Banyak pertimbangan, kadang malah terlalu banyak
Akibatnya, orang tipe orang ini cenderung pencemas dan telat kawin. hehehe

Orang tua bilang: “Lakukan saja. Toh, nanti rejeki akan datang sendiri”.

Masa iya? Ada masukan?

Tuesday, December 23, 2008

1+1>2, Menikahlah

Ada sebuah rumus sederhana yang pernah saya terima dari orang-orang tua
Jika 1+1>2, menikahlah

Maksudnya kurang lebih: jika dengan bersatu kalian menjadi lebih baik, ya menikahlah.

Ya, sesederhana itu.